Metode ini
didasari oleh pandangan yang menyatakan bahwa sesuai dengan kodratnya bahasa
yang paling cocok untuk anak tunarungu ialah bahasa isyarat
Pada
abad ke 18 Abbe de L Eppee, seorang pendidik di perancis mempelopori mengajar
dengan bahasa isyarat kepada anak tunarungu. Oleh karena itu metode isyarat
sering juga disebut metode Perancis. Isyarat itu dicoba digambarkan menjadi
tanda – tanda gambar, seperti tulisan Hieroglyph di Mesir dan tulisan Kanji di
Cina. Isyarat – isyarat yang sederhana memutuhkan 3000 sampai 4000 buah tanda
gambar.
Pengikut Abbe de L
Eppee kemudian menyempurnakan tanda gambar isyarat abjad jari yang lebih
sederhana, karena disesuaikan dengan abjad latin. Dengan media abjad jari anak
tunarungu dapat mengetahui dan memberitakan namanya, pekerjaan – pekerjaan yang
dilakukannya dan hal – hal yang kongkrit lainnya.
Buku – buku
sederhana yang khusus ditulis untuk anak – anak tunarungu disusun dengan
mempergunakan kalimat – kalmat sederhana yang pendek – pendek dengan
menghindarkan kata – kata yang bersifat abstrak.
Mula – mula abjd
jari mempergunkan dua tangan, kemudian dipergunakan juga satu tangan.
Metode satu tangan
Metode
dua tangan
Keuntungan metode isyarat ialah: sesuai dengan dunia anak
tunrungu, yaitu dunia tanpa suara, sesuai dengan kemampuan anak tunarungu untuk
menerima dan mengeluarkan pikiran – pikiran melalui lambing visual sesuai
dengan bahasa ibunya.
Kelemahan metode ini ialah, tidak
effisien karena banyaknya isyarat yang harus dipelajari, tidak semua pengertian
( terutama pengertian yang abstrak ) dapat diisyaratkan, keragaman isyarat
sesuai dengan daerah dan kehendak si pembuat isyarat, dan membatasi anak
tunarungu pada lingkungan yang dapat mengerti isyarat – isyaratnya.
Dari Perancis metode ini berkembang ke
negeri Belanda, Belgia, dan Inggris. Sekolah pertama di Amerika Serikat yang
dirinti Galaudet, juga mempergunakan metode isyarat. Sekolah pertama di Negara
kita yang diselenggarakan di Bandung pada tahun 1930 juga mula – mula
mempergunakan metode isyarat karena diselenggarakan oleh orang – orang belanda.
Sumber : Pendidikan Anak Tunarungu, Oleh, Emon Sastrawinata. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977
Sumber : Pendidikan Anak Tunarungu, Oleh, Emon Sastrawinata. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977
Tidak ada komentar:
Posting Komentar