Ketunarunguan tidak tampak dengan segera. Berbeda dengan ketunanetraan
atau ketunaan lainnya. Di dalam kelas Sekolah Dasar kadang kadang tedapat anak
yang tunarungu. Karena kecacatannya tidak tampak, guru kels tidak memberikan
pelayanan semestinya. Anak tersebut diperlakukan sama seperti anak lain yang
mendengar.
Umumnya
pengajaran dilakukan klasikal ( se – kelas), jadi tidak tiap anak terlihat
segera kekurangan. Anak tunarungu menyimak sama seperti anak menengar, mungkin
dengan lebih banyak memperhatikan mulut guru dan reaksi teman – temannya (
membaca ujaran )
Bila
sampai pada ketrampilan membaca perorangan, mulailah tampak kekurangan anak
tunarungu. Anak tersebut kurang kemajuan nya dibandingkan dengan anak
mendengar. Dalam beberapa hal ia mngkin melebihi anak mendengar. Umpamanya dalam
hal menulis, menggambar, pekerjan tangan dan olahraga.
Kelebihan
ketrampilan dalam mata pelajaran lain merupakan penyamaran terhadap
ketunarunguannya. Guru tidak akan eger mengetahui persoalan yang ada di balik
ketidak mampuannya membaca.
Pada
suatu ketika guru akan menemukan sesuatu padanya, yakni anak itu menatap muka
guru waktu berbicara atau waktu menangkap pembicaraannya. Ada guru yang masih
beranggapan menatap muka waktu brbicara kurang sopan. Bila anak tersebut
menghadapi guru demikian, maka ia akan segera ketahuan tunarungunya. Ank
tersebut tidak mungkin menangkap pembicaraan guru tanpa menatap mukanya.
Dapat
disimpulkan ciri – ciri yang dapat dipakai untuk menemukan anak tunarungu dalam
kelas Sekolah Dasar biasa yaitu :
Pertama,
anak tunarungu waktu berbicara atau menangkap pembicaraan, suka menatap muka
lawan bicaranya.
Kedua,
banyaknya kesalahan seorng anak pda waktu pelajaran imlak perlu mendapat
perhatian guru. Bila hasil ulangan berhitung seorang anak baik, sedang
pelajaran imlk selalu buruk, hal itu memberikan tanda kepada kita adanya gejala
ketunarunguan.
Ketiga,
bila seorang anak waktu menangkap ujaran (pembicaraan) pada jarak 3 – 4 meter
selalu mengarahkan telinganya kepada lawan berbicaranya keadaan demikian
menandakan adanya gejala ketunarunguan pada telinga yang diarahkan itu.
Keempat,
anak selalu menempatkan telapak tangannya di elakang telinga bila menangkap
pembicaraan dalam jarak 3 – 4 meter.
Kelima,
anak tidak bereaksi terhadap bunyi/suara yang cukup keras.
Keenam,
anak selalu mengeluarkan nanah dari
telinganya.
Untuk memastikan
seorang anak tunarungu atau tidak, sebaiknya anak tersebut diperiksakan atau
menjalani pengobatan.
sumber : Pendidikan Anak Tunarungu, Oleh Emon Sastrawinata, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977
sumber : Pendidikan Anak Tunarungu, Oleh Emon Sastrawinata, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977
Tidak ada komentar:
Posting Komentar