Minggu, 27 Oktober 2013

PENEMUAN GEJALA KETUNARUNGUAN DI SEKOLAH DASAR

            Ketunarunguan tidak tampak dengan segera. Berbeda dengan ketunanetraan atau ketunaan lainnya. Di dalam kelas Sekolah Dasar kadang kadang tedapat anak yang tunarungu. Karena kecacatannya tidak tampak, guru kels tidak memberikan pelayanan semestinya. Anak tersebut diperlakukan sama seperti anak lain yang mendengar.
      Umumnya pengajaran dilakukan klasikal ( se – kelas), jadi tidak tiap anak terlihat segera kekurangan. Anak tunarungu menyimak sama seperti anak menengar, mungkin dengan lebih banyak memperhatikan mulut guru dan reaksi teman – temannya ( membaca ujaran )
      Bila sampai pada ketrampilan membaca perorangan, mulailah tampak kekurangan anak tunarungu. Anak tersebut kurang kemajuan nya dibandingkan dengan anak mendengar. Dalam beberapa hal ia mngkin melebihi anak mendengar. Umpamanya dalam hal menulis, menggambar, pekerjan tangan dan olahraga.
      Kelebihan ketrampilan dalam mata pelajaran lain merupakan penyamaran terhadap ketunarunguannya. Guru tidak akan eger mengetahui persoalan yang ada di balik ketidak mampuannya membaca.
      Pada suatu ketika guru akan menemukan sesuatu padanya, yakni anak itu menatap muka guru waktu berbicara atau waktu menangkap pembicaraannya. Ada guru yang masih beranggapan menatap muka waktu brbicara kurang sopan. Bila anak tersebut menghadapi guru demikian, maka ia akan segera ketahuan tunarungunya. Ank tersebut tidak mungkin menangkap pembicaraan guru tanpa menatap mukanya.
      Dapat disimpulkan ciri – ciri yang dapat dipakai untuk menemukan anak tunarungu dalam kelas Sekolah Dasar biasa yaitu :
      Pertama, anak tunarungu waktu berbicara atau menangkap pembicaraan, suka menatap muka lawan bicaranya.
      Kedua, banyaknya kesalahan seorng anak pda waktu pelajaran imlak perlu mendapat perhatian guru. Bila hasil ulangan berhitung seorang anak baik, sedang pelajaran imlk selalu buruk, hal itu memberikan tanda kepada kita adanya gejala ketunarunguan.
      Ketiga, bila seorang anak waktu menangkap ujaran (pembicaraan) pada jarak 3 – 4 meter selalu mengarahkan telinganya kepada lawan berbicaranya keadaan demikian menandakan adanya gejala ketunarunguan pada telinga yang diarahkan itu.
      Keempat, anak selalu menempatkan telapak tangannya di elakang telinga bila menangkap pembicaraan dalam jarak 3 – 4 meter.
      Kelima, anak tidak bereaksi terhadap bunyi/suara yang cukup keras.
      Keenam, anak  selalu mengeluarkan nanah dari telinganya.
      Untuk memastikan seorang anak tunarungu atau tidak, sebaiknya anak tersebut diperiksakan atau menjalani pengobatan.

sumber : Pendidikan Anak Tunarungu, Oleh Emon Sastrawinata, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977

Tidak ada komentar:

Posting Komentar