Masalah yang pertama – tama dihadapi anak – anak tunarungu ialah
masalah komunikasi.
Tidak berfungsinya indra pendengaran sebagian atau seluruhnya mengurangi atau menghilangkan kemampuan berkomunikasi. Intisari daripada cacat pendengaran ialah rintangan yang hebat yang bersifat kejiwaaan untuk memakai kata – kata, pikiran – pikiran, pendapat – pendapat serta hal – hal yang halus dan mungil dalam bahasa.
Tidak berfungsinya indra pendengaran sebagian atau seluruhnya mengurangi atau menghilangkan kemampuan berkomunikasi. Intisari daripada cacat pendengaran ialah rintangan yang hebat yang bersifat kejiwaaan untuk memakai kata – kata, pikiran – pikiran, pendapat – pendapat serta hal – hal yang halus dan mungil dalam bahasa.
Anak tunarungu tidak dapat memperoleh bahasa denga cara yang
mudah. Ia tidak dapat mengerti bahasa dan mempergunakan tanpa latihan yang
khuus. Bagi anak tunarungu yang masih kecil, dunia merupakan tempat dengan
kegiatan tanpa suara, mereka melihat apa yang terjadi di sekitarnya, tetapi
mereka tidak mengerti mengapa dan oleh sebab apa kejdian itu. Anak tunarungu
tidak dapat berkomunikasi dengan pengalamannya yang khusus karena mereka
kehilangan alat untuk itu, mereka idak mempunyai kata – kata untuk
mengekspresikan dirinya, untuk memrotes, untuk menolak, untuk berpartisipasi
dalam percakapan, menambh cita – cita dan mengungkapkan perasaannya. Dan oleh Karen
itu kesemuanya, maka merek frustasi, tidak bahagia, dan menarik diri dari
pergaulan.
Ketunarunguan pada seseorang anak mempunyai kibat yang
berunrun pada kejiwaan dan kehidupannya. Anak tunarungu menderita kemerosotan
nilai dalam masyarakat “Social Devaluation” dan perasaan tidak aman “insecurity”.
Mereka tidak mendapat harga diri seperti apa yang mereka haparkan karena orang
lain tidak mengakui dan menerima kehadirannya. Oleh karena itu mereka merasa
tidak aman, mereka selalu bimbang karena kegoncangan kedudukannya dalam
masyarakat. Perpaduan antara kemerosotan nilai diri dalam masyarakat dan perasaan
tidak aman ini akan menimbulkan perasaan nista dan tidak berguna sepanjang
hidup mereka, sehingga kadang – kadang mereka menunjukkan gejala tingkah laku
yang ekstrim.
Penyelidikan di Inggris menimbulkan bahwa :
1.
Anak tunarungu mengalami
kelambatan motorik yang mungkin disebabkan oleh kerusakan pada labyrinth dan
akhirnya mempengaruhi indera keseimbangan.
2.
Pada anak tunarungu lebih
lazim terdapat tingkah laku yang ditandai oleh teknan emosi, seperti tabiat
suka marah, gelisah ketakutan yang menetap, kesulitan tidur, dan ngompol, yang
menyebabkan terletak pada hambatan dalam pengalaman dan eksploitasi sosialnya.
3.
Anak tunarungu mengalami
kesulitan dalam penyesuaian sosial, dan ada sebagian yang psikiatris.
4.
Perkembangan intelegensi nak
tunarungu mengalami kelambatan karena kesulitan pemakaian simbul – simbul dalam
bahasa dan kebiasaan mereka memakai simbul bukan bahasa “non linguistic symbol”.
5.
Pengaruh dan ancaman
ketunarunguan terhadap perkembangan sosial dan emosi tidak dapat dikatakan
lebih ringan daripada pengaruh dan ancaman ketulian terhadap perkembangan
bahasa dan intelegensi.
Dapat disimpulkan bahwa
maslah yang dihadapi anak tunarungu ialah masalah komunikasi, masalah
kepribadian dan masalah kehidupan leih lanjut, terutama masalah pemilihan dan
penempatan kerja.
Sumber : Pendidikan Anak Tunarungu, Oleh Emos Sastrawinata, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977
Sumber : Pendidikan Anak Tunarungu, Oleh Emos Sastrawinata, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977
Tidak ada komentar:
Posting Komentar