Kita ketahui
bahwa setiap kecacatan akan membawa pengaruh pula terhadap perkembangan mental
anak. Di suatu daerah oang memperlakukan orang cacat mungkin kasihan dengan
memberi sesuatu, dari pengalaman ini seorang cacat/tunarungu akan merasa
berontak karena selalu teringat akan kecacatannya.
Bisa juga dimungkinkan dengan hanya dikasihani, anak cacat/tunarungu justru akan menjadikan sifat ketergantungan pada orang lain karena dengan pemberian tersebut akan menghasilkan rejeki yang banyak. Perlakuan masyarakat terhadap anak/orang tunarungu akan membawa bermacam – macam perubahan, ada yang justru dengan cacat orang/anak tersebut menggunakan kelemahannya untuk kompensasi ataupun untuk mencari perhatian walaupun tidak bersifat merusak pada dirinya justru sangat menguntungkan bagi dirinya dan bagi orang lain lepas dari nilai baik dan buruk. Seperti kasus pada anak yang mengalami bisu dan tuli di Cairo tertangkap di pasar Al Muayyed Cairo (dikutip dari karya Abdul ‘Aziz Al Qussi, halaman 73)
Bisa juga dimungkinkan dengan hanya dikasihani, anak cacat/tunarungu justru akan menjadikan sifat ketergantungan pada orang lain karena dengan pemberian tersebut akan menghasilkan rejeki yang banyak. Perlakuan masyarakat terhadap anak/orang tunarungu akan membawa bermacam – macam perubahan, ada yang justru dengan cacat orang/anak tersebut menggunakan kelemahannya untuk kompensasi ataupun untuk mencari perhatian walaupun tidak bersifat merusak pada dirinya justru sangat menguntungkan bagi dirinya dan bagi orang lain lepas dari nilai baik dan buruk. Seperti kasus pada anak yang mengalami bisu dan tuli di Cairo tertangkap di pasar Al Muayyed Cairo (dikutip dari karya Abdul ‘Aziz Al Qussi, halaman 73)
Mereka adalah
seorang laki – laki berumur tiga bela tahun, tertangkap ketika menjual barang
curiannya di pasar Al – Muayyed Cairo. Dengan agak terus terang, tanpa merasa malu
juga, dia mengakuinya. Anak itu bisu dan tuli, akan tetapi mereka bisa
menjelaskan dengan gerak tangan dan raut mukanya. Dari hasil penelitian
terbukti bahwa anak tadi adalah putra seorang pedagang yang datang ke Cairo,
kemudian ia bekerja di salah satu kantor pemerintahan dengan gaji yang kurang
lebih dari delapan pound. Si Bapak anak mempunyai istri beberapa orang,
sehingga perhatian terhadap keluarganya terpencar kepada sejumlah keluarga yang
tidak kecil. Pada umur 5 tahun anak ini ditimpa penyakit demam panas. Kemudian
ia sembuh dari penyakitnya akan tetapi mereka jadi tuli dan bisu. Sudah banyak usaha
untuk menyembuhkan penyakit itu tetapi gagal. Maka mulailah ia berbicara dengan
isyarat dan ia mengerti pula bahasa isyarat tersebut, atau dengan melihat gerak
bibir orang yang sedang berbicara. Kemudian mulailah orang – orang dari
golongan buruh yang tinggal di daerah tempat ia tinggal, menjadikan anak itu
untuk hiburan dan mempengaruhinya supaya mau mencuri alat – alat atau barang –
barang dari rumahnya seperti piring, sendok, pisau dan sebagainya, mereka memberinyauang
sekedar sekedar pengganti barang – barang tersebut. Kadang – kadang barang –
barang itu diberikannya kepada pedagang makanan yang berjaja di daerah itu.
Kelakuan anak tersebut makin hari makin bertambah berat sampai mereka terjatuh
ke tangan penjahat kampong, dari pengalaman tersebut maka anak semakin
bertambah banyak pengalaman mencurinya dari milik keluarga sampai pada milik
tetangganya. Pernah pula ia menjual perhiasn ibunya dengan harga yang sangat
murah sekali. Kadang – kadang bapaknya memukul maka ibunya melindunginya atau
menangis. Dengan demikian dapatlah disembunyikan kesalahan – kesalahan
tersebut.
Ketika si Bapak
mulai keras dan tidak mau membelika pakaian karena baru saja menjual
pakaiannya, maka larilah anak itu dari daerah tempat tinggal dan bekerja di
suatu perusahaan, ia mulai mencuci barang – barang itu dan dijualnya. Pernah
pula ia menggali kuburan orang yang sudah meninggal untuk mengambil barang –
barang di dalam kuburan itu, dan segan memotong jari – jari orang yang mati tadi
untuk mengambil cincin yang dipakainya.
Ternyata bahwa
keadaan anak ini sampai berkembang sebegitu jauh, adalah karena pengaruh
berbagai faktor, dan faktor utama tampaknya adalah hilangnya kemampuan
mendengar dan berbicara itu. Sedangkan faktor lain termasuk suasana dan
perlakuan orang tuanya serta faktor – faktor lainnya adalah sekunder,
barangkali pengaruhnya kecil, Dari contoh di atas akibat dari kecacatan
mengakibatkan tidak sehatnya mental.
Mental dikatakan
sehat menurut Kartini Kartono dalam bukunya psikologi Abnormal yaitu:
a.
Ada koordinasi dari segenap
usaha dan potensinya
b.
Memiliki integrasi dan regulasi
terhadap struktur kepribadiannya
c.
Efisiensi dalam setiap
tindakannya
d.
Memiliki tujuan hidupnya
e.
Bergairah, dan tenang –
harmonis batinnya
Orang tunarungu/tuli mentalnya
dianggap sehat apabila mereka ada koordinasi dari segenap usah dan potensinya,
memiliki integritas terhadap struktur kepribadiannya, memiliki efisiensi dalam
setiap tindakannya, memiliki tujuan hidup serta bergairah dan tenang harmonis batinnya.
Tetapi Kenyataan yang ada pada anak tunarungu/tuli/bisu tidak
seperti apa yang digambarkan oleh Kartini Kartono sebagai ciri – ciri mental
yang sehat. Van Uden berpendapat bahwa seorang cacat tunarungu wicara dengan
kemampuan berbahasa yang kurang terdapat kelainan - kelainan sebagai berikut :
1.
Sifat ego sentris yang lebih
besar daripada anak normal. Hal ini disebabkan oleh sempitnya dunia penghayatan
mereka terhadap kjadian – kejadian di sekitar mereka
2.
Mempunyai perasaan takut akan
hidup sedikit banyak mereka menyadari bahwa mereka kurang dapat menguasai dunia
sekitarnya. Hal ini akan membawa sifat ragu – ragu.
3.
Selalu menunjukkan sikap
tergantung pada orang lain. Hal ini dipengaruhi oleh perasaan khawatir
4.
Perhatian mereka sukar untuk
dialihkan apabila mereka melakukan sesuatu yang menurut mereka senangi dan
dikuasai
Sumber : Psikologi
Anak Luar Biasa/Berkelainan
SI/Sememter IV/2 SKS, oleh Drs. Muh
Bandi M DS
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia
Universitas Sebelas Maret Surakarta Th
2000
blog anda sudah bagus,namun dalam pemilihan latar belakang,warnanya terlalu mencolok
BalasHapusapa ada hak khusus bagi penderita tunarunggu
BalasHapus