Minggu, 17 November 2013

SERIUSITAS TERHADAP KETULIAN ATAU KETUNARUNGUAN ANAK



Dalam pembicaraan mengenai seriusitas ketulian atau ketunarunguan yang berhak untuk menentukan adalah antara lain: dokter, speech therapy, guru dan sebagainya (orang – orang/ahli yang berkompeten dengan anak tersebut).
Seriusitas dapat dipahami dari hasil evaluasi secara normative dari ketulian atau ketunarunguan seseorang dapat digunakan untuk membandingkan atau mengetahui perbedaan antara penderita dalam mengadakan penilaian/pengukuran untuk mengetahui sejauh mana derajat keberatan tunarungu atau ketulian yang diderita oleh seseorang. Untuk mengetahui berat ringannya ketulian atau ketunarunguan dapat diketahui dengan alat test tertentu, untuk anak tunarungu bisa dengan audiometer, detik jam/suara jam atau dengan bunyi – bunyian yang lain.
       Dalam hal seriusitas ini bisa berlaku secara mekro diantara jenis ketunaan yang lain misal tunanetra, tunadaksa, tunagrahita dan lain – lain. Mungkinorang beranggapan bahwa masalah ketulian adalah masalah yang ringan bila dibandingkan dengan jenis ketunaan yang lain, sehingga dengan anggapan bahwa masalah tuli adalah masalah yang kecil/ringan akan mengakibatkan orang menanggap biasa.
       Suatu asumsi lain bahwa masalah seriusitas adalah merupakan variable yang bersifat emosional. Hal ini biasanya berjalan atau digunakan dalam hal kenakalan sehingga sangat dimungkinkan yang seharusnya mendasar pada kondisi atau keadaan individu tersebut berpindah/bergeser menjadi keadaan luar sebagai ukuran atau alat untuk mengukur erdasarkan emosionalitas. Studi yang dilakukan oleh Sgryle (1964) yang meminta kepada responden untuk menyatakan perasaan mereka berdasarkan skala yang terdiri dari sepuluh point. Yang ditanyakan adalah bagaimana menurut perasaannya tentang kesalahan oleh orang atau anak yang melaksanakan tindak kejahatan. Dalam hal ketunarunguan atau ketulian masyarakat akan pula menilai tentang seriusitas anak tunarungu/anak tuli. Hal ini bisa dilakukan dengan meminta kepada responden untuk menyatakan persaan terhadap penderita tunarungu atau tuli.
Alternatif jawaban tersebut :
1.  Kasihan
2.  Perlu diperhatikan
3.  Sebaiknya diberi pendidikan khusus
4.  Dibiarkan saja toh menangani yang normal saja belum beres
5.  Sebaiknya  segera dibawa kedokter
6.  Tak usah diperhatikan toh akhirnya bisa belajar dari lingkungan
7.  Dan sebagainya
Dari sejumlah alternative tersebut di atas orang mungkin memilih “kasihan, perlu diperhatikan, dibiarkan saja dan sebagainya” dari jawaban tersebut dapat dipakai alat untuk menentukan terhadap masyarakat apakah mereka menganggap hal yang biasa. Lain halnya dengan seorang dokter maka dokter akan memperhatikan seriusitas tersebut tidak berdasarkan pendapat masyarakat akan tetapi akan mendasar pada hasil pemeriksaannya. Hal ini bisa dilaksanakan dengan alat test audiometer.
                         
Sumber : Psikologi Anak Luar Biasa/Berkelainan
          SI/Sememter IV/2 SKS, oleh Drs. Muh Bandi M DS
          Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
          Universitas Sebelas Maret Surakarta Th 2000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar